Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Semoga Dapat Memberikan Manfaat Buat Anda Semua.

Rabu, 26 Mei 2010

25 kiat untuk mempengaruh jiwa dan akal anak


Salah satu langkah penting dalam pendidikan anak adalah melakukan pendekatan yang baik dan mudah diterima anak sehingga dengan mudah mereka mau mengikuti arahan dan keteladanan yang diberikan.
Pada postingan kali ini, Fani akan sedikit membantu para orang tua mendekatan yang efektif dalam mempengaruhi jiwa dan akal anak, berdasarkan keteladanan yagn diberikan Nabi saw. Berikut 25 kiat untuk mempengaruh jiwa dan akal anak:

1. Bersahabatlah dengan anak dan jadilah teladan
2. Tunaikah hak-hak anak
3. Gembirakanlah dan hiburlah hatinya
4. Gunakanlah cara “Siapa menang dia dapat”.
5. Bercengkrama dengan anak dan berikanlah mainan.
6. Gunakanlah metode, “Apa yang menghalangimu untuk mengatakannya”.
7. Tumbuhkanlah rasa percaya diri
8. Gunakanlah metode, “Dia anak paling baik”.
9. Memotivasi untuk kebajikan dan memperingatkan bahaya keburukan.
10. Biasakanlah kebajikan karena kebajikan adalah kebiasaan
11. Perhatikanlah kecenderungannya
12. Memilih waktu yang tepat untuk menasehati, seperti saat rekreasi, makan, atau waktu sakit.
13. Bertahap dalam menyampaikan nasihat, tugas, dan perintah.
14. Berbicara ters terang dan tidak bertele-tele.
15. Berbicara sesuai dengan tingkat intelektualitasnya.
16. Gunakan metode, “Apakah kendalamu nak?”
17. Latih dan latihlah ia, seperti dengan memberinya tugas ataupun yang lainnya.
18. Menuntun anak kepada sosok Rasulullah saw. sebagai teladan
19. Mendengar reflektif, yaitu dengan menghargai persaannya, menyimak apa yang ia katakan ataupun yang lainnya.
20. Do’akan untuk kebaikan, bukan keburukan.
21. Mendidik dengan kasus.
22. Isi waktu luangnya dengan hal-hal yang bermanfaat.
23. Perbanyak kegiatan yang mengembangkan kecerdasan, baik dengan permainan, cerita ataupun dengan yang lainnya.
24. Mendidik dengan nasihat.
25. Gunakanlah kisah dalam menanamkan nilai dan keutamaan.

Cara Nabi Mendidik Anak



Cara-cara Nabi Mendidik Anak

Pertama : Panduan Dasar untuk Orang Tua dan Pendidik

  • Keteladanan
  • Keteladanan yang baik membawa kesan positif dalam jiwa anak. Oleh karena itu,Rasulullah SAW memerintahkan agar oranng tua bersikap jujur dan menjadi teladan kepada anak-anak mereka. Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa berkata kepada anaknya, “Kemarilah!(nanti kuberi)’ kemudian tidak diberi maka ia adalah pembohong (HR.Ahmad dari Abu Hurairah) Orang tua dituntut agar menjalankan segala perintah Allah swt dan Sunah Rasul-Nya, menyangkut perilaku dan perbuatan. Karena anak melihat mereka setiap waktu. Kemampuan untuk meniru sangat besar.

  • Memilih waktu yang tepat untuk menasehati
  • Rasulullah SAW selalu memperhatikan waktu dan tempat untuk menasehati anak-anak, agar hati anak-anak dapat menerima dan terkesan oleh nasehatnya. Sehingga mampu meluruskan perilaku mereka yang menyimpang dan membangun kepribadian yang bersih dan sehat. 3 pilihan waktu yang dianjurkan : Saat berjalan-jalan atau di atas kendaraan Waktu makan Ketika anak sedang sakit

  • Bersikap adil dan tidak pilih kasih
  • “Bertakwalah kepada Allah dan bersikaplah adillah terhadap anak-anak kalian “ (HR. Muslim) “Orang yang bersikap adil akan (dimuliakan) di sisi Allah di atas mimbar-mimbar yang terbuat dari cahaya, yaitu orang yang adil dalam hukumnya, (adil) terhadap keluarga dan apa saja yang mereka pimpin (HR. Muslim)

  • Memenuhi hak-hak anak
  • Mendoakan anak
  • Membelikan mainan
  • Membantu anak agar berbakti dan taat
  • “Bantulah anak-anakmu agar berbakti! Barangsiapa yang mau melakukannya, ia dapat mengeluarkan sikap kedurhakaan dari diri anaknya (HR. Thabrani)

  • Tidak banyak mencela dan mencaci
  • Kedua : Cara Efektif Mengembangkan Pemikiran Anak

    • Menceritakan kisah-kisah Terutama kisah-kisah yang ada dalam al-Qur’an dan Al-Hadist.
    • Berbicara langsung, Rasulullah mengajarkan kepada kita agar berbicara dengan anak secara langsung, lugas dan dengan bahasa yang jelas.
    • Berbicara sesuai dengan kemampuan akal anak
    • Berdialog dengan tenang
    • Metode praktis empiris
    • Dengan cara mendidik dan mengasah ketajaman indera anak.
    • Kebutuhan anak terhadap figure riil, Yakni Rasulullah SAW

    Ketiga : Cara efektif membangun jiwa anak

  • Menemani anak
  • Menggembirakan hati anak
  • Membangun kompetisi sehat dan memberi imbalan kepada pemenangnya
  • Memotivasi anak
  • Memberi pujian
  • Bercanda dan bersenda gurau dengan anak
  • Membangun kepercayaan diri seorang anak
  • Mendukung kemauan anak Membangun kepercayaan sosial
  • Membangun kepercayaan ilmiah
  • Bermula dengan mengajarkan Al-qur’an, hadist dan sirah nabawiahnya
  • Membangun kepercayaan ekonomi dan perdagangan
  • Dengan melatih anak melakukan praktik jual beli, mengajaknya ke pasar dan membiarkannya membeli barang yang diinginkannya.
  • Panggilan yang baik
  • Memenuhi keinginan anak
  • Bimbingan terus menerus
  • Dibanding semua mahluk hidup, masa kanak-kanak manusia adalah paling panjang.
    Ini semua kehendak Allah, agar cukup waktu mempersiapkan diri menerima taklif (kewajiban memikul syariat)

  • Bertahap dalam pengajaran
  • Seperti ketika mengajarkan shalat. Dalam hadist dikatakan : “Perintahkanlah anakmu untuk shalat ketika berusia tujuh tahun dan pukullah mereka (jika enggan shalat) ketika berumur 10 tahun. Imbalan dan hukuman (Reward and punishment)

    Senin, 08 Februari 2010

    Valentine Day, Sebuah Tradisi Latah" dan Tak jelas Asal Usulnya."

    Akhir-akhir ini setiap bulan Februari terdapat satu suguhan acara yang semakin didengungkan oleh semua media baik cetak maupun televisi adalah "Valentine Day" sebuah acara yang tak jelas asal usulnya dan maknanya. sayangnya acara itu tidak hanya diikuti oleh non muslim, orang muslimpun ikut-ikutan dalam merayakan dan membesarkannya.

    Kalau kita jalan-jalan ke Mall, supermarket dan pusat hiburan elite dihiasi dengan pernik-pernik yang serba pink dan biru muda, dengan ragam bentuk mulai dari pita, bantal berbentuk hati, boneka panda, atau rangkaian bunga. Para remaja merayakannya dengan saling berkirim kado istimewa, kartu kartu berbentuk hati dan gambar sebuah Cupido (Inggris: cupid) bersayap juga sms yang berisikan pesan cinta dan sayang. Itulah panorama 14 Februari, hari kasih sayang, disebut dengan Valentine Day (perhatian: akan lebih bagus jika tidak di-indonesiakan dengan ‘Hari raya Valentine’).
    Anehnya, kalangan Barat sendiri mempertanyakan akar historisnya. Sebagian mengakaitkannya dengan kalender Athena kuno, periode antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari adalah bulan Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera. Sebagian menganggapnya sebagai sebuah hari raya Katolik Roma yang berasal dari artikel Santo Valentinus.
    Menurut Ensiklopedi Katolik (Catholic Encyclopaedia 1908), nama Valentinus paling tidak bisa merujuk tiga martir atau santo (orang suci) yang berbeda, seorang pastur di Roma, seorang uskup Interamna (modernTerni), dan seorang martir di provinsi Romawi Africa.
    Masih menurut Catholic Encyclopaedia, koneksi antara ketiga martir ini dengan hari raya cinta romantis tidak jelas. Bahkan Paus Gelasius II, pada tahun 496, menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada yang diketahui mengenai martir-martir ini namun hari 14 Februari ditetapkan sebagai hari raya peringatan santo Valentinus. Konon, Paus Gelasius II sengaja menetapkan hal ini untuk mengungguli hari raya Lupercalia yang dirayakan pada tanggal 15 Februari, sebuah perayaan Lupercus, dewa kesuburan, yang dilambangkan setengah telanjang dan berpakaian kulit kambing.
    Pada abad ke-14 di Inggris dan Perancis, beredar kepercayaan bahwa 14 Februari adalah hari ketika burung mencari pasangan untuk kawin. Mulai abad ke-19, tradisi penulisan notisi pernyataan cinta mengawali produksi kartu ucapan secara massal. The Greeting Card Association (Asosiasi Kartu Ucapan AS), sebagaimana dikutip Wikipedia, memperkirakan bahwa di seluruh dunia sekitar satu milyar kartu valentine dikirimkan per tahun. Hal ini membuat Valentine Day menjadi hari raya terbesar kedua setelahNatal.
    Pada tahun 1969 hari raya ini dihapus dari kalender gerejawi sebagai bagian dari sebuah usaha yang lebih luas untuk menghapus santo-santa yang asal-muasalnya bisa dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Namun pesta ini masih dirayakan pada paroki-paroki tertentu.
    Hari Valentine kemungkinan diimpor oleh Amerika Utara dari Britania Raya. Di Amerika Serikat kartu Valentine pertama yang diproduksi secara massal dicetak setelah tahun 1847 oleh Esther A. Howland (1828 – 1904) dariWorcester, Massachusetts. Ayahnya memiliki sebuah toko buku dan toko peralatan kantor yang besar dan ia mendapat ilham untuk memproduksi kartu dari sebuah kartu Valentine Inggris yang ia terima. (Semenjak tahun 2001, The Greeting Card Association setiap tahun mengeluarkan penghargaan “Esther Howland Award for a Greeting Card Visionary”.) Mulai tahun 1980-an, industri berlian mulai mempromosikan hari Valentine sebagai sebuah kesempatan untuk memberikan perhiasan (dan menngeruk keuntungan, tentunya)..
    Sejak itulah tradisi perayaan Valentine Day mendunia dan menrejang tradisi dan budaya serta agama di Asia dan Afrika. Di Iran danSaudi Arabia hari raya Valentine hanya dirayakan oleh orang-orang Kristen. Di Malaysia orang Melayu mengecamnya.
    Di Indonesia, budaya yang berbasis dari teologi Kristen ini disambut dan dirayakan tidak hanya oleh kalangan Kristen, namun dirayakan oleh sebagian umat Islam, terutama oleh kalangan modern lapisan ekonomi menengah ke atas. Beberapa tahun terakhir peryaan hariValentina ini makin semarak berkat globalisasi yang kian tak terbendung yang menciptakan pergesaran nilai dan perubahan orientasi gaya hidup. Bukan hanya sinema, pub dan café yang menanjikan hiburan khusus Valentine, stasiun-stasiun televisi jauh hari telah mengiming-imingi pemirsa dengan tayangan-tayangan spesial mulai dari film romantis import sampai komedi lokal yang biasanya konyol dan jorok. Alhasil, semua pihak ‘yang berkepentingan dengan penduniaan Valentine’ cukup bekerja keras.
    Menurut rumor yang sangat santer, pada hari itu, gerbang susila dan moral agama, yang sebelumnya sudah terbuka, dibuka lebih lebar. Banyak gadis, termasuk di sejumlah kota besar di Indonesia, mempersembahkan keperawanannya sebagai bukti cinta kepada pria kecintaannya.
    Islam tentu tidak menentang orang bergembira apalagi berbagi kado kepada orang yang amat dicintai, bahkan menganggap setiap hari, sebagai hari cinta. Namun prilaku ‘latah’ meniru tradisi bangsa lain, apalagi akar sejarahnya tidak jelas sungguh bertentangan sikap ‘menghormati diri sendiri’ yang sangat ditekankan dalam akhlak, sebagaimana diajarkan oleh Nabi. Allah melarang kita bertindak latah dalam firman_nya, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya akan diminta pertangggungjawaban (QS Al Isra’ : 36)”
    Di tengah situasi negeri yang sangat murung ini, saling berbagi kado antar orang kaya tentu akan terasa lebih menyakitkan. Bukankah lebih bijak bila biaya asesoris yang mewah dan mubazir itu dijadikan sebagai dana sumbangan untuk korban banjir yang menggigil kedinginan? Tentu warga di bantaran sungai Ciliwung mengutamakan nasi bungkus ketimbang bantal pink yang berlambang hati. “Jangan baca puisi di hadapan orang yang lapar,” kata pepatah( muhsin L)

    Minggu, 07 Februari 2010

    Etika Pergaulan dalam Islam



    Konsep Pergaulan

    Gaul, campur, kenal: kata “gaul” verba intransitifnya adalah bergaul bererti hidup berteman dalam masyarakat; berkawan akrab. Saya sudah dua tahun bergaul dengan orang itu. Perkataan campur iaitu, bercampur bererti berkumpulnya orang-orang menjadi satu seperti: Tua muda, besar kecil, laki-laki wanita bercampur menjadi satu dalam pesta itu. Kenal berarti mengerti dan pernah mengetahui seseorang. Sudah berapa lama kamu mengenal dia?.

    Sebenarnya dalam Islam tidak ada istilah "pergaulan bebas", sebab secara fitrah manusia memiliki keharusan untuk bergaul dalam interaksi sosial yang merupakan sunah sosial dan kehidupan itu sendiri. Namun setelah masuknya budaya asing -ke dalam pergaulan masyarakat muslim- yang dibentuk oleh kecenderungan material semata-mata dan falsafah hidup yang lahir dari bumi dan hawa nafsu, maka Islam menamakannya sebagai pergaulan bebas, bebas dari tuntunan wahyu, moral dan fitrah.

    Jika kita berbicara masalah pergaulan pada era globalisasi saat ini memang sangat rumit. Dalam erti yang lain, kita hidup dengan manusia yang mempunyai prinsip dan pandangan hidup yang berbeza, bahkan masyarakat di kota-kota besar dapat dikatakan memiliki kecenderungan hidup bebas. Terkadang dengan kondisi seperti itu, kita menghadapi sebuah dilema bagaimana menempatkan diri dalam dunia pergaulan agar kita sebagai muslim dapat diterima oleh lingkungan, tetapi keyakinan atau syariat Islam pun tetap terjaga.

    Sebetulnya, kaedah yang paling tepat dalam pergaulan, khususnya dengan lawan jenis adalah pandai-pandai menempatkan diri dan menjaga hati (bergantung kepada penilaian iman dalam situasi berkenaan). Usahakanlah untuk mengerti situasi bila kita harus serius dan bila harus santai, "think before you act" sangatlah penting.

    Meskipun demikian, menjaga etika pergaulan seperti menundukkan pandangan adalah sangat dianjurkan (wajib hukumnya, dalam erti kata, tidak meihat dengan syahwat). Namun inti dari ajaran ini adalah bagaimana kita menjaga kebersihan dan kesucian hati. Istilahnya, untuk apa kita menundukkan pandangan atau menghindar dari pertemuan dengan lawan jenis jika hati tidak kita tundukkan?

    Allah Swt berfirman:

    يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ (غافر :19)

    “Dia (Allah) Mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan oleh hati”. QS. 40:19

    Semua tergantung pada niat kita. Contohnya, dalam suasana kerja atau organisasi di mana kita dituntut untuk berinteraksi dengan orang banyak, baik laki-laki atau wanita, kita tentu saja diperbolehkan mengadakan kontak dengan lawan jenis (berbeza jantina, lelaki dengan perempuan). Pada prinsipnya, jika maksud kita untuk kebaikan dan batasan-batasan syariat tetap dijaga, semuanya dibolehkan dalam Islam. Islam tidaklah pernah bertujuan untuk mempersulitkan sesuatu, tapi justru mempermudahkan hidup kita. Segala yang disyariatkan sudah barang tentu demi kebaikan umat manusia.

    Demikian halnya dengan seruan ditetapkannya legalitas (undang-undang kenegaraan misalnya) tidak menutup muka wanita serta penyertaan mereka dalam kehidupan sosial bersama laki-laki (seperti dalam bidang pendidikan, pekerjaan dan sebagainya yang sesuai denga tanggungjawab sosial sebagai wanita) dengan menjaga batasan-batasan syariat adalah seruan kepada hidayah, dan hidayah Allah Swt itu membawa kemudahan bagi manusia. Bukan seperti dua kelompok yang kesulitan memahami seruan hidayah ini:


    Etika sempurna; etika yang dapat melindungi moral serta tidak merusak kehidupan yang baik. Etika yang dapat menumbuh kembangkan kebaikan dan kebajikan, menjauhi kemunkaran dan menjinakkan potensi untuk berbuat buruk, adalah etika luhur yang dapat memperkaya kesihatan psikologi laki-laki dan wanita secara sempurna. Kerana di satu sisi tidak terjadi perlecehan, pelanggaran dan rangsangan seksual terhadap lawan jenis, dan di sisi lain bukanlah sebuah pelarian, tindakan berlebihan, perasaan malu yang bukan pada tempatnya dan alergi terhadap lawan jenis.

    Jika dalam etika Islam ini ada perhatian yang lebih kepada muslimah -ketimbang muslim-, baik dalam berpakaian, bicara atau gerak-gerik dan lain-lain, hal itu karena wanita lebih banyak menanggung beban dalam merealisasikan kemaslahatan dan kepentingan hidup dalam pergaulan serta bermasyarakat. Sebab jika banyak kemaslahatan dan kepentingan, pertemuan pun menjadi banyak. Sebaliknya jika kepentingan itu sedikit, pertemuan pun menjadi sedikit.