
Perkembangan
teknologi yang semaik pesat telah membawa perubahan besar di segala bidang
kehidupan. Salah satu contoh produk teknologi yang Pengaruhnya cukup besar bagi
perubahan sosial culture masyarakat adalah media Televisi. Televisi bagaikan
sebuah pisau tajam bermata dua, satu sisi dapat memberikan manfaat dan di sisi
lain dapat memberikan pengaruh yang negatif. Pengaruh media Televisi terhadap anak
sangat besar. Sementara disisi lain orangtua tidak punya waktu yang cukup untuk
mengontrol, mendampingi & mengawasi anak. Banyak anak menghabiskan waktunya untuk
menonton TV ketimbang melakukan hal lainnya. Berapa jam dalam seminggu anak
kita menghabiskan waktunya di depan televisi. Apa yang mereka pelajari dan
dapatkan selama itu? Mereka akan belajar bahwa kekerasan itu menyelesaikan
masalah, ketika yang ditonton penuh dengan adegan kekerasan, mereka akan
belajar hidup bergaya hedonisme dan
konsumerisme, Mereka juga belajar untuk duduk di rumah dan menonton, bukannya
bermain di luar dan berolahraga. Hal ini menjauhkan mereka dari
pelajaran-pelajaran hidup yang penting, seperti bagaimana cara berinteraksi
dengan teman sebaya, belajar cara berkompromi dan berbagi di dunia yang penuh
dengan orang lain.
Sekarang ini sebagian besar anak-anak
semakin sering menghabiskan waktu di depan televisi. Padahal, pengaruh yang
ditimbulkan oleh televisi lebih banyak negatif dibanding positifnya Jika kita
tidak pandai-pandai dalam memanagenya.
Berikut beberapa contoh pengaruh Televisi
terhadap anak di antaranya:
*
Pengaruh fisik
Anak-anak yang banyak
menonton televisi cenderung memiliki masalah kegemukan. Karena biasanya, sambil
menonton televisi mulut mereka terus mengunyah junk
food atau
camilan terlalu banyak. Akhirnya selera makan mereka pada makanan sehat
menurun. Selain itu, pembakaran kalori tubuh saat menonton televisi jauh lebih
sedikit dibandingkan jika mereka aktif bermain. Anak-anak yang sudah
benar-benar tenggelam konsentrasi menonton televisi, metabolismennya menurun
hingga di bawah rata-rata normal pada saat anak istirahat.
* Pengaruh psikis
Banyaknya iklan di televisi
mendorong anak jadi konsumtif. Anak-anak yang banyak menonton televisi juga
cenderung lebih agresif dibandingkan dengan yang jarang. Program televisi yang
menayangkan kekerasan memperkenalkan sifat agresif pada anak. Televisi juga
bisa merampas waktu bermain anak-anak dan memotong komunikasi sosial mereka.
Padahal yang paling penting dikembangkan pada anak-anak adalah kemampuan
berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman atau orang lain. Sedangkan menonton
televisi adalah pasif dan tidak ada proses tidak interaktif meskipun orang lain
berada di dekatnya.
* Pengaruh mental dan
Spiritual
Banyaknya tayangan televisi
yang tidak memiliki nilai edukasi dan miskin dari nilai-nilai moral membawa
pengaruh negatif terhadap perkembangan mental dan spiritual anak, apalagi saat ini yang
dikejar adalah nilai rating yang tinggi dengan mengabaikan apakah acara tersebut bermutu atau tidak. Hal ini mengiring pola
pikir masyarakat ke arah kemuduran dan pembodohan masal.
Pengaruh lainnya adalah :
1. Berpengaruh terhadap perkembangan otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun
dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan
membaca-verbal maupun pemahaman. Juga, menghambat kemampuan anak dalam
mengekspresikan pikiran melalui tulisan, meningkatkan agresivitas dan kekerasan
dalam usia 5-10 tahun, serta tidak mampu membedakan antara realitas dan
khayalan.
2. Mendorong anak menjadi konsumtif
Anak-anak merupakan target pengiklan yang utama
sehingga mendorong mereka menjadi konsumtif.
3. Berpengaruh terhadap Sikap
Anak yang banyak menonton TV namun belum memiliki
daya kritis yang tinggi, besar kemungkinan terpengaruh oleh apa yang
ditampilkan di televisi. Mereka bisa jadi berpikir bahwa semua orang dalam
kelompok tertentu mempunyai sifat yang sama dengan orang di layar televisi. Hal
ini akan mempengaruhi sikap mereka dan dapat terbawa hingga mereka dewasa.
4. Mengurangi semangat belajar
Bahasa televisi simpel, memikat, dan membuat
ketagihan sehingga sangat mungkin anak menjadi malas belajar.
5. Membentuk pola pikir sederhana
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah
membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis,
linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi,
intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.
6. Mengurangi konsentrasi
Rentang waktu konsentrasi anak hanya sekitar 7
menit, persis seperti acara dari iklan ke iklan, akan dapat membatasi daya
konsentrasi anak.
7. Mengurangi kreativitas
Dengan adanya TV, anak-anak jadi kurang bermain,
mereka menjadi manusia-manusia yang individualistis dan sendiri. Setiap kali
mereka merasa bosan, mereka tinggal memencet remote control dan langsung
menemukan hiburan. Sehingga waktu liburan, seperti akhir pekan atau libur
sekolah, biasanya kebanyakan diisi dengan menonton TV. Mereka seakan-akan tidak
punya pilihan lain karena tidak dibiasakan untuk mencari aktivitas lain yang
menyenangkan. Ini membuat anak tidak kreatif.
8. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan)
Kita biasanya tidak berolahraga dengan cukup
karena kita biasa menggunakan waktu senggang untuk menonton TV, padahal TV
membentuk pola hidup yang tidak sehat. Penelitian membuktikan bahwa lebih
banyak anak menonton TV, lebih banyak mereka mengemil di antara waktu makan,
mengonsumsi makanan yang diiklankan di TV dan cenderung memengaruhi orangtua
mereka untuk membeli makanan-makanan tersebut. Anak-anak yang tidak mematikan
TV sehingga jadi kurang bergerak beresiko untuk tidak pernah bisa memenuhi
potensi mereka secara penuh. Selain itu, duduk berjam-jam di depan layar membuat
tubuh tidak banyak bergerak dan menurunkan metabolisme, sehingga lemak
bertumpuk, tidak terbakar dan akhirnya menimbulkan kegemukan.
9. Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga
Kebanyakan anak kita menonton TV lebih dari 4 jam
sehari sehingga waktu untuk bercengkrama bersama keluarga biasanya ‘terpotong’
atau terkalahkan dengan TV. 40% keluarga menonton TV sambil menyantap makan
malam, yang seharusnya menjadi ajang ’berbagi cerita’ antar anggota keluarga.
Sehingga bila ada waktu dengan keluarga pun, kita menghabiskannya dengan
mendiskusikan apa yang kita tonton di TV. Rata-rata, TV dalam rumah hidup
selama 7 jam 40 menit. Yang lebih memprihatinkan adalah terkadang masing-masing
anggota keluarga menonton acara yang berbeda di ruangan rumah yang berbeda.
10. Matang secara seksual lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan
seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau
menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Dengan gizi yang bagus dan
rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang
secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin
tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba
melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat
sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku
seksual. Persaingan bisnis semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering
mengabaikan tanggung jawab sosial,moral & etika.
Beberapa hal di bawah ini Insya Allah bisa kita jadikan
tips untuk menghindari banyaknya pengaruh negatif yang bisa ditimbulkan oleh
TV.
1.
Memperbaiki
pola menonton TV pada orang tua
Sebelum
kita koreksi dan perbaiki pola menonton TV pada anak, sebaiknya kita koreksi
dulu bagaimana pola kita menonton TV. Karena orang tua adalah figur bagi
anak-anak. Apa saja yang dilakukan oleh orang tua akan begitu mudahnya
dilakukan anak-anak pula. Kalau orang tua menonton TV kapan saja dan melihat
acara apapun tanpa kendali dan tanpa control, tentu anak akan mengira bahwa TV
memang suatu yang biasa ada dan sah saja dilihat dan dinikmati kapan saja mereka
suka Tonton TV seperlunya saja dan lakukan diet menonton TV.
2.
Buat
jadwal menonton TV
Buatkan
anak-anak jadwal menonton TV. Misalnya Minggu jam 16.00 – 17.00 lihat kartun ,
Senin jam 14.00 – 15.00 liaht acara game anak dsb. Dengan begitu anak-anak akan
terlatih untuk disiplin serta akan banyak terkurangi waktu mereka di depan TV.
Pada awalnya mungkin mereka sangat sulit untuk menepati jadwal yang telah
ditentukan, tapi lama kelamaan anak akan terbiasa. Ajaklah anak untuk
mendiskusikan berbagai acara anak yang ada di televisi. Berilah penjelasan
kepada anak mengapa sebuah acara atau film kartun tidak boleh dilihat. Dan
berilah kesempatan anak untuk mengemukakan pendapatnya. Apabila mereka
mengajukan usul untuk melihat sebuah acara anak tanyakan alas an mereka memilih
acara tersebut. Kalau alas an mereka baik dan tepat tentu sepatutnya kita beri
ijin mereka untuk menyaksikan acara tersebut.
3.
Dampingi
anak melihat TV
Selama
ini kebiasaan kita, kalau anak-anak asyik menonton TV tentu kita bias melakukan
banyak kegiatan lain, tanpa terganggu oleh mereka. Tapi jika kita ingin
anak-anak tidak terpengaruh oleh hal-hal yang negative yang ditimbulkan oleh
TV, maka sebagai orang tua kita harus mendampingi anak saat melihat TV. Dengan
demikian kita akan tahu betul acara apa yang disaksikan oleh anak-anak kita.
Kalau ada hal-hal yang tidak baik kita langsung bisa katakana pada mereka.
Sehingga tidak terjadi sesuatu yang fatal karena kita terlambat mengetahui
bahwa apa yang dikonsumsi oleh anak-anak kita adalah tontonan yang tidak sehat.
4.
Kegeiatan
pengganti
Saat
kita sudah memutuskan untuk merubah pola menonton TV pada keluarga, maka akan
lebih baik lagi kalau ornag tua membuat berbagai macam kegiatan pengganti yang
disukai anak-anak. Banyak sekali kegiatan yang bisa kita lakukan bersama
anak-anak untuk mengurangi kegiatan mereka menonton TV. Beberapa kegiatan di
bawah ini mungkin bisa kita jadikan salah satu alternative sebagai pengganti
nonton TV.
a. Melakukan
berbagai macam permainan.
Banyak sekali permainan yang bisa dilakukan
anak-anak seperti sepak bola, monopoli atau berbagai macam permainan
tradisional seperti jamuran, gatheng, engklek dsb. Supaya lebih asyik ajak
anak-anak tetangga/kerabat.
b. Membuat
berbagai macam keterampilan tangan
Pilihlah ragam keterampilan yang mudah
dilakukan anak-anak, dan ajaklah mereka membuatnya. Seperti membuat amplop,
membuat tas/dompet dari kertas, membuat kartu ucapan selamat
c. Melukis/menggambar
Ajaklah anak pergi ke kebun atau ke tempat
terbuka, ajak mereka melukis atau menggambar apapun yang mereka sukai dan
mereka inginkan. Apapun dan seperti apapun hasil gambar berilah penghargaan
d. Berkebun,
Memancing atau jalan-jalan. Tanamkan pada anak rasa syukur serta takjub akan
ciptaan Allah.